SEORANG WANITA MENATAP NANAR ke arah dadu sambil menurunkan kerah kemeja tanpa lengan yang dikenakan. Ia tampak memamerkan belahan dadanya. Sebuah ironi kehidupan, ketika hasrat dijajakan lewat wajah cantik dan tubuh molek, yang mengungkap bisnis prostitusi di Jakarta.
Itulah lukisan Lucky Dice karya Hadi Soesanto dalam pameran Urban Behaviour yang digelar di Philo Art Space, akhir Oktober sampai awal November lalu. Dikuratori oleh Tommy F. Awuy, sebanyak 10 perupa Indonesia (berlatar akademi seni rupa di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, New York, dan Sydney) mencoba menangkap geliat urban yang ditemui dan dirasakan sendiri di Jakarta, kota yang konon bergaya hidup metropolis.
Gemerlap Jakarta ternyata sanggup membius manusia-manusia yang menempatinya. Dampaknya kental terasa pada kaum kelas menengah yang ingin selalu tampil berbeda, namun tak diiringi oleh kesadaran utuh. Maksud hati terlihat unik, mereka malah kehilangan identitas diri. Kompleksitas kehidupan kota inilah yang ditangkap oleh para perupa dan dibahasakan secara cerdas sekaligus 'nakal'. Hasilnya, imaji-imaji yang bisa bikin kita tergelitik atau bahkan tertawa sedih.
Tak terkecuali Dating Style, karya Jazz Pasay yang menampilkan isu pencarian asmara di kota. Memilih pasangan hidup di Jakarta memang gampang-gampang susah. Mau memilih atau terpilih dengan cara yang instan, seperti di acara televisi pun, mesti tahu kiatnya. Karya ini tampil lain daripada yang lain.
Berbeda dari Robi Fathoni yang lewat lukisan pensil akriliknya menonjolkan sisi gaya hidup 'seragam'. Dalam Metrosexual, ia sengaja tidak menampilkan wajah, sebagai penanda bahwa kekhasan sebuah pribadi terhapuskan oleh fashion, make up, dan lifestyle yang didikte oleh media. Selaras dengan Metropolis Life Style. Karya Sugihartono ini pun tak menampilkan wajah. Yang ada hanya penggabungan gaya-gaya berpakaian masyarakat kota, menggantikan kepribadian sang empunya.
Simak pula Yummiest Mummy. Lewat karyanya, Donny Paul seakan menyindir pernyataan bahwa seorang ibu rumah tangga seharusnya tak hanya lihai dalam urusan rumah tangga dan dapur, tetapi juga soal penampilan. Sebuah potret realitas budaya urban berorientasi fisik dengan pakem 'kota'.
Itulah lukisan Lucky Dice karya Hadi Soesanto dalam pameran Urban Behaviour yang digelar di Philo Art Space, akhir Oktober sampai awal November lalu. Dikuratori oleh Tommy F. Awuy, sebanyak 10 perupa Indonesia (berlatar akademi seni rupa di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, New York, dan Sydney) mencoba menangkap geliat urban yang ditemui dan dirasakan sendiri di Jakarta, kota yang konon bergaya hidup metropolis.
Gemerlap Jakarta ternyata sanggup membius manusia-manusia yang menempatinya. Dampaknya kental terasa pada kaum kelas menengah yang ingin selalu tampil berbeda, namun tak diiringi oleh kesadaran utuh. Maksud hati terlihat unik, mereka malah kehilangan identitas diri. Kompleksitas kehidupan kota inilah yang ditangkap oleh para perupa dan dibahasakan secara cerdas sekaligus 'nakal'. Hasilnya, imaji-imaji yang bisa bikin kita tergelitik atau bahkan tertawa sedih.
Tak terkecuali Dating Style, karya Jazz Pasay yang menampilkan isu pencarian asmara di kota. Memilih pasangan hidup di Jakarta memang gampang-gampang susah. Mau memilih atau terpilih dengan cara yang instan, seperti di acara televisi pun, mesti tahu kiatnya. Karya ini tampil lain daripada yang lain.
Berbeda dari Robi Fathoni yang lewat lukisan pensil akriliknya menonjolkan sisi gaya hidup 'seragam'. Dalam Metrosexual, ia sengaja tidak menampilkan wajah, sebagai penanda bahwa kekhasan sebuah pribadi terhapuskan oleh fashion, make up, dan lifestyle yang didikte oleh media. Selaras dengan Metropolis Life Style. Karya Sugihartono ini pun tak menampilkan wajah. Yang ada hanya penggabungan gaya-gaya berpakaian masyarakat kota, menggantikan kepribadian sang empunya.
Simak pula Yummiest Mummy. Lewat karyanya, Donny Paul seakan menyindir pernyataan bahwa seorang ibu rumah tangga seharusnya tak hanya lihai dalam urusan rumah tangga dan dapur, tetapi juga soal penampilan. Sebuah potret realitas budaya urban berorientasi fisik dengan pakem 'kota'.
STEPHANIE MAMONTO
FOTO: SM
*Pameran lukisan yang dikuratori oleh Tommy F. Awuy
@ Philo Art Space (23 Oktober - 8 November 2009)